Sudah hampir 15 tahun pak Pius menjalani profesinya sebagai buruh bagian mesin di sebuah pabrik elektronik. Tahun 1999, pabrik tempat pak Pius bekerja melakukan relokasi ke Malaysia, semua buruhnya ter-PHK dengan pesangon yang cukup memadai.
Pak Pius yang selama bekerja hanya mengenal mesin pabrik, tiba-tiba harus banting stir mencari alternatif pekerjaan lain. Usianya yang sudah melampaui 40 tahun saat itu sangatlah sulit untuk ikut bersaing mendapatkan pekerjaan baru.
Keluarga pak Pius yang cukup terpukul dengan kondisi ini akhirnya berembug untuk merencanakan usaha lain. Dari hasil diskusi dengan isteri dan anaknya, akhirnya pak Pius dan keluarganya sepakat untuk memanfaatkan pesangon seefektif dan seefisien mungkin. Separoh pesangon ditabung, separohnya lagi dimanfaatkan untuk membayar hutang-hutang dan untuk membuka usaha warung sayur di depan rumahnya.
Mereka mulai membagi tugas. Setiap subuh pak Pius berangkat ke pasar induk untuk belanja, sementara isterinya menyiapkan warung di rumah sambil mengurus anak-anak mereka yang akan berangkat sekolah. Pada awal mula usaha ini dirintis, banyak sekali mengalami masalah dan tantangan. Banyak sayuran busuk dan terbuang percuma, belum lagi cacian pembeli karena pak Pius belum memiliki ketrampilan membungkus pesanan dan memberi harga yang pantas. Namun, mereka tetap konsisten dan belajar dari tukang sayur yang lain yang lebih pengalaman sehingga lama kelamaan mereka memiliki pelanggan.
Setelah sepuluh tahun berusaha, warung pak Pius semakin lengkap dan besar. Tidak hanya berjualan sayur mayur namun juga sembako. Pak Pius masih tetap ke pasar tiap subuh, sehingga para pedagang di pasar sudah sangat mengenal pak Pius dan kebutuhan pak Pius sudah disiapkan. Pak Pius juga menjadi anggota koperasi pedagang pasar yang ternyata sangat mendukung pengembangan modal usaha dagang pak Pius.
Anak pertamanya berhasil menyelesaikan studinya dan saat ini bekerja di sebuah supermarket terkenal. Dua anak lainnya masih sekolah. Mereka tetap hidup sederhana, meskipun keadaan ekonomi mereka sudah jauh lebih baik.
Sumber: Lembar Renungan Umat 'Pertemuan Ketiga' APP 2010
Menarik, sebagai bahan refleksi di dalam kehidupan agar menjadi keluarga yang mandiri
BalasHapus